Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Mobil

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Mobil – Sistem pengapian konvensional atau sistem pengapian tipe breaker point merupakan sistem pengapian yang memiliki konstruksi yang paling dasar. Dengan tipe ini, arus utama dan waktu pengapian dikontrol secara mekanik. Arus utama dari koil pengapian (ignition coil) dikontrol untuk mengalir secara intermiten / tidak tetap melalui platina (breaker point). Pada tipe ini breaker point (platina harus disetel atau diganti secara berkala. 

Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional adalah sebuah rangkaian mekatronika sederhana yang dibuat dengan tujuan untuk membangkitkan percikan api busi pada interval waktu tertentu.

Percikan api  busi dapat terbentuk karena adanya energi listrik tegangan tinggi yang mengalir melewati elektroda busi. Tegangan energi listrik yang dihasilkan mencapai 30.000 V DC. Sehingga dengan celah sekitar 0,8 mm pada elektroda busi, akan timbul lompatan elektron yang berbentuk percikan api.

Tetapi, percikan api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja. Untuk itu, ada rangkaian pemutus arus yang akan mengatur waktu busi untuk memercikan api. Sehingga busi tidak selamanya menyala.

1. Saat Kunci Kontak ON, Platina Menutup

Aliran listrik saat platina menutup

Aliran arusnya :

  • Baterai -> Kunci kontak -> Resistor-> Primer koil -> Platina -> Massa.

Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet. 

Cara kerja pengapian konvensional dimulai ketika kunci kontak berada pada posisi “ON” atau “IG” ignition relay akan aktif sehingga terdapat aliran arus listrik dari baterai ke Ignition relay. Arus dari relay mengalir melewati ballast resistor (R) ke ignition coil.

Didalam koil pengapian (ignition coil) terdapat dua buah kumparan yaitu kumparan primer dan sekunder. Kedua kumparan tersebut memiliki input yang sama sehingga saat input dialiri arus listrik, kedua kumparan juga akan teraliri arus listrik.


Sementara itu, kedua kumparan memiliki output yang berbeda. Kumparan primer memiliki output yang mengarah ke rangkaian pemutus arus, sedangkan kumparan sekunder memiliki output yang mengarah ke busi.

Arus listrik yang mengaliri rangkaian sistem pengapian hanya tetap, tidak ada perubahan tegangan pada coil karena belum ada pergerakan pada rangkaian pemutus arus. Sehingga busi tidak akan menyala saat flywheel belum berputar.

Aliran listrik saat platina mulai membuka


Aliran arus :

  • Sekunder koil -> Kabel tegangan tinggi (kabel koil) -> Tutup distributor -> Rotor -> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) -> Busi -> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi pada busi maka pada elektroda tengah dengan elektroda massa busi terjadi percikan api yang membakar campuran bahan bakar di ruang bakar.

Sistem pengapian akan bekerja pada saat flywheel diputar oleh sistem starter. Pada sistem pengapian konvensional, terdapat rangkaian pemutus arus. Rangkaian ini, terletak menyatu dengan rangkaian distributor dan memiliki komponen poros distributor yang terhubung dengan crankshaft mesin.


Sehingga saat mesin berputar, komponen ini juga ikut berputar sesuai RPM mesin. Di poros distributor, terdapat cam atau nok yang berjumlah sesuai dengan banyaknya silinder mesin. Saat cam berputar, cam atau nok ini akan menyentuh kaki platina yang mengakibatkan kontak point terangkat dan menyebabkan arus primer terputus.

Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, kemagnetan pada inti koil hilang, maka terjadi induksi pada primer koil dan sekunder koil. Induksi primer koil mengalir ke kondensor. Sedangkan induksi sekunder koil mengalir ke tutup distributor, rotor distributor, terminal tegangan kabel tinggi, kabel tegangan busi dan ke busi. Akibat aliran listrik tegangan tinggi tersebut terjadi percikan api di busi.

Komponen sistem pengapian konvensional dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu :

1. Komponen Yang Menghasilkan Percikan Api Busi 

Pada komponen yang menghasilkan percikan api busi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

a. Komponen rangkaian tegangan rendah (primer) / komponen yang dialiri arus  tegangan rendah :

  • Baterai berfungsi sebagai sumber energi listrik
  • Kunci kontak untuk memutus dan menghubungkan listrik pada rangkaian atau menghidupkan dan mematikan sistem
  • Primer koil untuk menghasilkan kemagnetan pada inti koil
  • Platina (contact point) berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran listrik pada primer koil, saat berhubungan inti koil menjadi magnet, saat putus terjadi tegangan induksi
  • Kondensor berfungsi untuk menyerap tegangan induksi primer koil, sehingga percikan pada kontak platina kecil, platina lebih awet, induksi tegangan tinggi kuat.
  • Kabel berfungsi sebagai penghantar aliran listrik pada komponen sistem pengapian 

b. Komponen rangkaian tegangan tinggi (sekunder) / Komponen yang dialiri arus tegangan tinggi :

  • Sekunder koil, berfungsi untuk menghasilkan tegangan induksi yang sangat tinggi ( 15.000 – 30.000 Volt) saat platina mulai membuka
  • Kabel tegangan tinggi, berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari koil pengapian menuju distributor atau busi
  • Distributor, berfungsi untuk mendistribusikan arus listrik tegangan tinggi dari koil pengapian menuju busi sesuai derangan urutan pengapiannya (Firing Order / FO)
  • Busi, berfungsi untuk menghasilkan percikan api untuk memulai proses pembakaran campuran bahan bakar dengan udara di ruang bakar, pada saat dialiri arus listrik tegangan tinggi. 

2. Komponen Yang Mempengaruhi Saat Pengapian

Yaitu komponen yang mempengaruhi saat pembukaan platina. Komponen ini terdiri dari :

  • Pemindah putaran poros engkol ke poros nok
  • Komponen vacuum advancer dan komponen centrifugal advancer.

Urutan Pengapian (Firing Order) 

Urutan pengapian merupakan urutan pengaliran arus bertegangan tinggi ke busi-busi saat akhir kompresi.  Urutan pengapian sudah dirancang dan disesuaikan dengan silinder engine.

Penomoran silinder pada engine biasanya dimulai dari depan meskipun demikian ada beberapa variasi pada engine jenis V.

Pada mesin 4 silinder, urutan pengapiannya 1 – 3 – 4 – 2 atau 1 – 2 – 4 – 3.

Penempatan kabel busi distributor mesin 4 silinder

Sedangkan pada mesin 6 silinder urutan pengapiannya 1 – 5 – 3 – 6 – 2 – 4.

Urutan pengapian sangat penting diperhatikan, oleh karena itu kabel tegangan tinggi antara tutup distributor dengan busi-busi harus dihubungkan dengan urutan yang benar.

Post a Comment for "Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Mobil"